Awas....! Diabetes Bikin Umur Pendek

Ini adalah peringatan betapa diabetes akan menjadi ancaman dan beban serius pada masa mendatang. Diabetes selama ini dikenal sebagai penyakit yang dapat melipatgandakan risiko terserang penyakit pembuluh darah, jantung, dan stroke. Namun . . .

Hati-hati Diabetes Pada Anak

Bagaimana cara mengatasi gejala diabetes pada anak – anak sebelum terlambat dan menjadi semakin parah? Yang mereka rasakan hanyalah terganggu karena ada gejala yang tidak biasa dan mereka menunjukkan gangguan itu dengan cara menangis atau mungkin jadi tampak lemas, tidak bergairah dan mudah rewel. Karena memang seperti itulah bahasa anak – anak.

14 Jenis Imunisasi Wajib untuk Anak

Selain memperhatikan gizi dan menjaga kesehatan, imunisasi adalah salah satu cara pencegahan utama terhadap suatu penyakit. Imunisasi merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak PBB, sehingga pemerintah dan orangtua wajib memberikan upaya kesehatan yang terbaik untuk anak, meliputi pemberian imunisasi. Apa saja jenis imunisasi tersebut?

Goji Berry 'Buah Panjang Umur'

Goji adalah salah satu buah kesehatan di Cina dan juga yang dikenal sebagai buah panjang umur. Menurut sejarah kuno banyak kaisar Cina mengkonsumsi goji untuk mendapatkan kesehatan dan umur panjang. Kenapa bisa begitu ?

Diabetes Bukan karena Kebanyakan Gula ?

Dunia sedang menghadapi ledakan penderita diabetes. Data paling baru menyebutkan angkanya mencapai 350 juta orang di seluruh dunia, jauh melebihi prediksi Federasi Diabetes International (IDF) yang memproyeksikan tahun 2010 ada 285 juta penduduk dunia yang akan menjadi korban penyakit yang bisa merenggut penglihatan, bahkan kematian ini. "Yang harus dibatasi sebenarnya bukan hanya gula, tetapi .. " papar dokter dari Divisi Endokrinologi dan Metabolisme Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta.

Saturday, September 15, 2012

Aturan Makan Diabetes



Jika Anda menderita diabetes, terutama diabetes tipe 2, Anda diwajibkan untuk mengatur jadwal dan porsi makan dengan baik, sehingga kadar gula darah Anda dapat terjaga.

Caranya?

Batasi porsi makan. Penderita diabetes tipe 2, umumnya juga menderita obesitas, dengan membatasi porsi makan, dapat membantu menurunkan berat badan Anda dan mencegah terjadinya komplikasi. Hasil dari sebuah penelitian, penderita diabetes yang tertib menjalankan diet, merasakan tubuhnya menjadi lebih sehat.

Patuh pada jadwal makan. Karena jika tidak, selanjutnya Anda akan makan dalam porsi yang lebih besar. Makanlah tiga kali sehari, ditambah dengan satu kali camilan. Hindari perut kosong selama lebih dari lima jam.

Takar makanan Anda.
Jika Anda makan di restoran, sebelum Anda memesan menu utama, makanlah sayuran lebih dulu sampai Anda merasa cukup kenyang. Kemudian makan menu utama setengah dari porsi yang disediakan saja.

Ganti camilan Anda. Misalnya dengan, popcorn plain (tanpa rasa), tujuh belas butir anggur ukuran kecil, yoghurt atau buah (seukuran bola tenis, misalnya apel atau pear dengan kulitnya). Camilan kaya serat ini dapat di konsumsi sebelum tidur.

sumber: meetdoctor
»»  READMORE...

Mitos Penyakit Diabetes


Merawat penyakit diabetes memang dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran yang terus-menerus. Pasien tidak hanya dituntut untuk mencari informasi seputar penyakit diabetes dan perawatannya, tapi juga untuk menjaga kadar gula di dalam darah. Namun, perlu diingat banyaknya sumber informasi yang Anda baca belum seluruhnya dapat dikatakan benar.

Beberapa informasi mungkin tidak terbukti secara ilmiah tapi hanya mitos belaka. Cobalah simak serangkaian mitos dan fakta di bawah ini agar Anda dapat tidak tersesat pada info yang salah.

Mitos : Diabetes bukan penyakit yang serius.
Fakta : Diabetes merupakan penyakit yang lebih mengancam nyawa ketimbang penyakit kanker payudara dan AIDS. Dua dari tiga penderita diabetes di kemudian hari dapat mengalami komplikasi penyakit hati dan stroke.

Mitos : Jika orangtua Anda mengalami diabetes, Anda pasti akan terkena diabetes mellitus.
Fakta : Memang ada faktor genetik pada penyakit diabetes, namun masih banyak faktor lainnya yang memainkan peran khususnya pola gaya hidup seseorang. Jika seseorang menjaga dengan baik kondisi gaya hidupnya dan rajin berolahraga, maka ia belum tentu mengalami diabetes.

Mitos : Orang dengan penyakit diabetes harus makan makanan khusus.
Fakta : Menu sehat bagi penderita penyakit diabetes secara umum hampir sama dengan menu pada orang normal. Hindari lemak jenuh dalam menu Anda, jumlah asupan gula yang seimbang, dan banyak mengkonsumsi makanan yang berasal dari gandum, sayur, serta buah.

Mitos : Penderita diabetes tidak boleh mengkonsumsi makanan kaya kabohidrat.
Fakta : Makanan mengandung karbohidrat merupakan salah satu aspek yang harus diatur dalam menu sehat Anda. Anda masih boleh mengkonsumsi 3-4 kali makanan mengandung karbohidrat, asal yang terpenting adalah porsi. Mungkin anda bisa mengganti nasi dengan: nasi merah, kentang, gandum.

Mitos : Penderita diabetes pantang makan makanan manis.
Fakta : Bila makanan manis itu tergolong makanan yang menyehatkan, tidak ada pantangan untuk mengkonsumsinya asal diiringi dengan olahraga. Dan lagi, porsinya yang harus selalu dicermati agar tidak berlebihan

Mitos : Anda dapat terjangkit diabetes dari orang lain.
Fakta : Penyakit diabetes tidak menular dari orang ke orang lain. Penyakit ini cenderung muncul akibat faktor genetik dan pola hidup.

Mitos : Buah adalah makanan sehat, Anda dapat memakannya sebanyak-banyaknya.
Fakta : Jangan salah kaprah, buah juga mengandung karbohidrat, maka perlu mengatur jumlahnya dalam menu makanan. Segala sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan biasanya memberikan efek yang kurang baik.

Semoga setelah ini, semua persepsi dan mitos yang keliru tentang penyakit diabetes dapat diluruskan, dan pasien diabetes dapat menjalankan terapi dengan lebih bijaksana.

sumber:meetdoctor
»»  READMORE...

Camilan Untuk Diabetes



Penderita diabetes seringkali terlalu berusaha menjaga kadar gula darahnya, sehingga yang dilakukan adalah menghindari camilan. Konsep yang keliru ketika para diabetisi (penderita diabetes) memilih untuk menahan lapar daripada mengonsumsi snack di sela jadwal makan utama.

Saat perut Anda mulai terasa ‘keroncongan’, segera ‘ganjal’ perut Anda untuk mencegah kadar gula darah turun/drop. Sama seperti makan sungguhan, camilan yang baik juga sebaiknya terdiri dari lemak, serat, karbohidrat dan protein. Nah, apa saja camilan yang baik dan sehat untuk penderita diabetes?

Berikut beberapa snack atau camilan yang dengan takaran yang pas dapat membantu para penderita diabetes menanggulangi rasa laparnya:
Biskuit gandum.
Gandum dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Selain itu, snack dari gandum dapat mempertahankan rasa kenyang relatif lebih lama. Temukan tulisan ‘whole-wheat flour’ atau 'tepung gandum utuh' pada kemasan. Konsumsi sekitar dua buah saja, untuk menambah rasa, dapat Anda tambahkan seperempat cup selai anggur.
Buah segar.
Buah mengandung nutrisi dan serat yang sangat penting untuk diet, namum porsinya harus tetap diperhatikan karena buah mengandung gula alami. Buah yang baik untuk penderita diabetes adalah berries, melon dan apel (cukup setengahnya saja). Tambahkan seperempat irisan keju, proteinnya berfungsi untuk menstabilkan gula darah dan memberi tambahan kalsium.
Serat dan mineral alami.
Serat sangat baik untuk menurunkan kolesterol, banyak ditemukan dalam sayuran seperti tomat, black bean, paprika hijau dan alpukat. Boleh juga menambahkan irisan brokoli, wortel, seledri dan sayuran lainnya untuk mendapatkan ekstra mineral. Jadi Salad untuk snack di sore hari?
Yoghurt.
Mirip dengan keju, yoghurt sangat baik untuk mestabilkan gula darah dan memberikan ekstra kalsium.

Jadi ada baiknya pasien Diabetes mempersiapkan dirinya dengan beberapa snack tersebut. Selain dapat mengatasi lapar, sehat dan juga enak bukan?
»»  READMORE...

Sunday, September 2, 2012

Sakit Liver, Pembunuh Utama Diabetes


Kompas.com - Penderita diabetes beresiko 70 persen lebih banyak untuk meninggal karena penyakit liver dibandingkan pasien lain yang tidak mengidap diabetes.
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol akan menyebabkan sejumlah komplikasi, termasuk beberapa jenis gangguan liver. Gula darah yang tidak terkontrol akan memicu parut pada liver yang disebut dengan sirosis dan juga kanker hati.
Dalam penelitian yang dilakukan tim dari Edinburgh, para ahli  menganalisa data orang berusia 35-84 tahun selama enam tahun. Mereka lalu membandingkan 1.267 pasien diabetes dengan 10.100 orang yang bukan diabetes, yang seluruhnya meninggal akibat penyakit liver.
Hasilnya ditemukan satu dari empat  (24 persen) pasien diabetesi akan meninggal akibat kanker hati, jauh lebih banyak dari yang bukan diabetesi yang hanya satu dari 10 orang (9 persen). Pada pasien kanker hati yang tidak diabetes, kebanyakan meninggal akibat penyakit liver alkoholik (63 persen).
"Saat ini makin banyak pasien penyakit perlemakan hati yang non-alkoholik, terutama orang muda yang menderita diabetes. Faktor risiko yang terbesar adalah kegemukan," kata dr.Sarah Wild dari Universitas Edinburgh.
Perlemakan hati kronis bisa diatasi dengan penurunan berat badan, olahraga, perbaikan fungsi hati, dan mengontrol gula darah serta tekanan darah. Pasien yang diabetes juga disarankan untuk menjauhi minuman beralkohol karena berpengaruh pada kadar gula darah dan meningkatkan berat badan.
Sementara itu di Indonesia, orang yang menderita diabetes lebih banyak yang mengalami komplikasi ginjal.
Penulis : Lusia Kus Anna 
»»  READMORE...

Diabetes Penyebab Utama Gagal Ginjal

MEDAN, RABU - Penyebab utama seseorang mengalami gagal ginjal kronik hingga membutuhkan pelayanan Hemodialisa (cuci darah) adalah akibat penyakit diabetes dan darah tinggi.  
"Jika kedua penyakit ini dikontrol dengan baik melalui pengobatan teratur maka penyakit ginjal akan dapat dicegah sedini mungkin atau diperlambat," kata Kepala Unit Dialisis RSU Pirngadi Medan,  Prof. Dr. Harun, di Medan, Rabu.

Ia mengatakan, penyakit ginjal kronik juga dapat meningkatkan rIsiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang akhirnya juga merupakan penyebab kematian terbanyak penderita gagal ginjal.

Menurut dia, sebenarnya gagal ginjal dapat dicegah jika sejak dini sudah dideteksi melalui pemeriksaan darah dan air seni. Dan mayoritas mereka di negara berkembang yang berada pada tahap dini penyakit ini pada umumnya tidak mengetahui jika telah menderita gagal ginjal.

"Untuk itu deteksi dini dari ketidakberesan ginjal menjadi sangat penting dan memungkinkan pengobatan yang sesuai sebelum terjadi kerusakan ginjal atau terjadi manifes perparahan karena komplikasi yang lain.

Sementara itu kepala Staf Medis Fungsional Penyakit Dalam RSU Pirngadi Medan, dr Zulhelmi, mengatakan, pada umumnya masyarakat tidak waspada dengan ginjal mereka karena pada tingkat ringan, gangguan ginjal sering tidak dirasakan.

Gangguan dapat bertambah parah hingga pada akhirnya ginjal tidak berfungsi lagi.

"Periksalah ke dokter, karena melalui pemeriksaan laboratorium  dengan sedikit contoh darah dan urine dapat diketahui apakah fungsi ginjal masih normal atau sudah terganggu, sehingga dapat dilakukan pengobatan sedini mungkin," katanya.

Ia menyebutkan, gejala awal gagal ginjal dapat diketahui saat terjadinya gangguan nyeri saat buang air kecil, berdarah, keluar batu, nyeri pinggang, pucat dan gampang capek.

Penulis : Asep Candra |
Source : Antara
* Penyakit Diabetes bisakah disembuhkan....??? klik disini...
* Bagaimana caranya menyeimbangkan Kadar Gula Darah secara alami...??? klik disin...

»»  READMORE...

Retinopati Diabetik, Penyebab Utama Kebutaan Diabetesi


DIABETES melitus atau kencing manis merupakan penyakit metabolik. Penyakit ini ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) akibat kurangnya kadar hormon insulin dalam tubuh.
Kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus selama bertahun-tahun dapat menimbulkan komplikasi, terutama pada mata, jantung, dan ginjal. Komplikasi diabetes pada mata dapat menimbulkan kebutaan, yang sebenarnya dapat dihindari (avoidable blindness) dengan manajemen diabetes yang baik, meliputi diet ketat, olahraga, obat-obatan, mengontrol penyakit penyerta seperti hipertensi dan kadar kolesterol tinggi, serta menghentikan kebiasaan merokok.
Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia, disusul katarak.
Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata sehingga mengalami kebocoran. Akibatnya, terjadi penumpukan cairan (eksudat) yang mengandung lemak serta pendarahan pada retina. Kondisi tersebut lambat laun dapat menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaan. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004 melaporkan, 4,8 persen penduduk di seluruh dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik. Dalam urutan penyebab kebutaan secara global, retinopati diabetik menempati urutan ke-4 setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula (AMD= age-related macular degeneration).
Diestimasi bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia akan meningkat dari 117 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. Di Asia diramalkan diabetes akan menjadi ”epidemi”, disebabkan pola makan masyarakat Asia yang tinggi karbohidrat dan lemak disertai kurangnya berolahraga. Akibatnya, kebutaan akibat retinopati diabetik juga diperkirakan meningkat secara dramatis.
Belum ada data resmi
Data resmi jumlah penderita retinopati diabetik di Indonesia belum ada. Dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1995, kelainan ini belum didefinisikan dan masih dimasukkan ke dalam ”kebutaan lain-lain” sebanyak 28 persen.
Data Poliklinik Mata RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa retinopati diabetik merupakan kasus terbanyak yang dilayani di Klinik Vitreo-Retina. Dari seluruh kunjungan pasien Poliklinik Mata RSCM, jumlah kunjungan pasien dengan retinopati diabetik meningkat dari 2,4 persen tahun 2005 menjadi 3,9 persen tahun 2006.
Angka kejadian retinopati diabetik dipengaruhi tipe diabetes melitus (DM) dan durasi penyakit. Pada DM tipe I (insuln dependent atau juvenile DM ), yang disebabkan oleh kerusakan sel beta pada pankreas, umumnya pasien berusia muda (kurang dari 30 tahun), retinopati diabetik ditemukan pada 13 persen kasus yang sudah menderita DM selama kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga 90 persen setelah DM diderita lebih dari 10 tahun.
Pada DM tipe 2 (non-insulin dependent DM), yang disebabkan oleh resistennya berbagai organ tubuh terhadap insulin (biasanya menimpa usia 30 tahun atau lebih), retinopati diabetik ditemukan pada 24-40 persen pasien penderita DM kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga 53-84 persen setelah menderita DM selama 15-20 tahun.
Secara klinis retinopati diabetik dibedakan atas non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) dan proliverative diabetic retinnopathy (PDR). NPDR atau tahap awal yang lebih ringan ditandai dengan kebocoran pembuluh darah, perdarahan retina, dilanjutkan dengan penutupan (oklusi) kapiler darah retina. Retina menjadi kurang suplai oksigen dan nutrisi dari darah.
Terjadilah tahap lanjut, yaitu PDR, karena retina yang sudah iskemik atau pucat tersebut bereaksi dengan membentuk pembuluh darah baru yang abnormal (neovaskular). Neovaskular atau pembuluh darah ”liar” ini merupakan ciri PDR dan bersifat rapuh serta mudah pecah sehingga sewaktu-waktu dapat berdarah ke dalam badan kaca yang mengisi rongga mata (perdarahan badan kaca atau pendarahan vitreus), menyebabkan pasien mengeluh melihat floaters (bayangan benda-benda hitam melayang mengikuti pergerakan mata) atau mengeluh mendadak penglihatannya terhalang.
Sering kali pasien retinopati diabetik tidak mengalami tanda dan gejala sekalipun sudah dalam tahap PDR yang berat sampai terjadi perdarahan badan kaca. Penyebab gangguan penglihatan lainnya pada retinopati diabetik adalah bengkak atau menumpuknya cairan di daerah pusat retina, yaitu makula, suatu kondisi yang disebut edema makula
Akibat edema makula, pasien mulai mengalami kesulitan membaca/menulis, menonton TV, atau mengenali muka orang. Jaringan neovaskular yang terus bertumbuh (proliferatif) pada PDR juga dapat berpotensi menarik retina hingga terlepas dan/atau robek (ablasi retina). Ablasi retina pada retinopati diabetik berakibat kebutaan dan umumnya sulit ditangani.
Mencegah sedini mungkin
Prinsip utama dalam menangani retinopati diabetik adalah pencegahan dengan deteksi dini sebelum terjadi gangguan penglihatan yang berat. Walaupun belum mengeluh dan tanpa melihat berapa lama ia menderita diabetes, seorang pasien harus dirujuk ke dokter mata untuk menjalani pemeriksaan mata awal (skrining). Apabila retinopati diabetik sudah teridentifikasi, dilakukan manajemen sedini mungkin bagi penderita dengan melakukan pemeriksaan mata secara berkala, minimal satu kali dalam setahun.
Dalam pemeriksaan, mata akan ditetes supaya pupil menjadi lebar dan dokter mata dapat mengamati retina secara saksama. Sebaiknya dilakukan untuk dokumentasi dengan foto fimdus , atau pencitraan lain yang diperlukan.
Terapi utama pada retinopati diabetik adalah tindakan fotokoagulasi laser pada retina. Tindakan laser bertujuan menutup kebocoran pembuluh darah retina, mengurangi edema makula, dan mencegah timbulnya rangsang untuk pembentukan neovaskular. Secara umum, tindakan laser pada retina yang dibarengi dengan manajemen diabetes yang baik dapat mengurangi risiko buta hingga 90 persen.
Bedahan vitrektomi, yaitu tindakan bedah mikro yang bertujuan membersihkan perdarahan badan kaca, membebaskan retina dari segala tarikan akibat pertumbuhan neovaskular dan mengaplikasikan sinar laser secara langsung di dalam bola mata. Pada kasus-kasus PDR, vitrektomi dapat mencegah kehilangan penglihatan yang lanjut. Terapi lain yang baru berkembang dalam dekade terakhir adalah pemberian obat, seperti golongan kortikosteroid dan Anti-VEGF (VEGF=vascular endothellial grwowh factor), yang bertujuan mengurangi edema makula dan menghentikan pertumbuhan neovaskular.
Penting untuk diketahui, sering kali segala tindakan tersebut tidak dapat mengembalikan penglihatan yang sudah hilang. Kadang kala, segala tindakan tersebut hanya dapat mencegah perburukan lebih lanjut.
Komplikasi diabetes, termasuk kebutaan, dapatlah dicegah dengan kontrol yang baik dan deteksi dini untuk identifikasi penyakit dan terapi seawal mungkin. Untuk skrining diabetes dan retinopati diabetik perlu dikembangkan strategi yang tepat, sebagai contoh di India, dijalankan skrining dengan telemedicine.
Di Indonesia sudah banyak didirikan pusat kesehatan yang mampu memberi layanan komprehensif bagi penderita diabetes, tetapi masih terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga cakupannya masih sangat kurang. Untuk menangani pasien-pasien diabetes diperlukan kerja sama berbagai pihak, meliputi WHO, pemerintah, departemen kesehatan, organisasi profesi dokter, dokter mata dan dokter penyakit dalam serta ahli endokrin, serta LSM nasional maupun internasional.
Andi Arus Victor ,Dokter Spesialis Mata, Kepala Divisi Vitreo-retina, Departemen Mata FKUI/RSCM, Anggota Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia

* Penyakit Diabetes bisakah disembuhkan....??? klik disini...
* Bagaimana caranya menyeimbangkan Kadar Gula Darah secara alami...??? klik disin...
»»  READMORE...

Diabetes Sahabatnya Hipertensi





KOMPAS.com — Penyakit diabetes kronis dapat menyebabkan timbulnya komplikasi, salah satunya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Itulah sebabnya, penyakit jantung koroner merupakan penyumbang kematian terbesar (sekitar 40 persen) di antara pasien penderita diabetes (diabetesi).
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Budiman Darmowidjojo, kadar gula darah yang tinggi akan mengganggu sistem hormonal sehingga kadar hormon tertentu akan meningkat. Akibatnya, tekanan darah ikut melonjak.
"Sekitar 60-80 persen diabetesi menderita hipertensi, dalam jangka panjang akan menimbulkan komplikasi yang berujung pada kecacatan," ujarnya dalam acara press conference Jakarta Endokrin Meeting dan Jakarta Diabetes Meeting di Jakarta, Rabu (8/6/2011).
Ia menjelaskan, komplikasi penyakit akibat diabetes dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari lamanya penyakit, tingginya gula darah, usia, hipertensi, merokok, serta protein di urine.
"Makin tinggi kadar protein, makin besar risikonya terkena penyakit jantung," paparnya.
Oleh karena itu, terapi pengobatan diabetes ditujukan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal dan menghindari komplikasi baik yang kronis maupun akut. "Kalau sudah telanjur komplikasi, susah diobatinya," imbuhnya.
Data tahun 2.000, jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 8,4 juta orang dan menjadikan Indonesia menempati ranking keempat dalam jumlah penderita diabetes di dunia. Pada tahun 2030 nanti, diperkirakan jumlahnya akan naik menjadi 21,3 juta orang.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, sebaran pasien diabetes di Indonesia yang melebihi 1,5 persen penduduk ada di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara. Menurut Budiman, hal itu mungkin terkait dengan gaya hidup dan pola makan.
Penulis : Lusia Kus Anna


* Penyakit Diabetes bisakah disembuhkan....??? klik disini...
* Bagaimana caranya menyeimbangkan Kadar Gula Darah secara alami...??? klik disin...

 
»»  READMORE...

Monday, August 27, 2012

Empat Syarat Cegah Komplikasi Diabetes





JAKARTA, KOMPAS.com - Seseorang yang didiagnosa terkena diabetes sebenarnya tidak perlu terlalu risau akan kemungkinan komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan dari tingginya kadar gula dalam darah. Asal semua terkontrol dengan baik, tentunya kualitas hidupnya juga akan baik.
Demikian disampaikan Budiman, spesialis penyakit dalam dari Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) dalam diskusi publik bertajuk Mata Sehat Cegah Kebutaan Akibat Diabetes, di Kedai Tempo, Rabu, (19/10/2011).
Menurut Budiman, ada beberapa sarat tertentu agar pasien penderita diabetes tidak mengalami komplikasi penyakit seperti jantung, hipertensi, stroke, ginjal dan retinopati diabetik. 
Pertama, pasien harus selalu mengontrol tekanan darah  jangan sampai di atas batas normal.  Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai normal. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih. Menurut Budiman, orang dengan diabetes yang menderita tekanan darah tinggi, tensinya harus selalu dijaga tidak boleh lebih dari 130/80 mmHg.
Kedua, selalu  berupaya mengontrol kadar gula.  Untuk memelihara kadar gula darah normal dalam tubuh, sebaiknya dibiasakan mengatur kalori dengan membatasi konsumsi makanan yang manis-manis dan asupan karbohidrat. Pada orang normal, kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl.
"Gula darah puasa tidak boleh lebih dari 100 mg/dl. Habis makan gula darah jangan lebih dari 140 mg/dl," katanya.
Syarat ketiga adalah selalu mengendalikan kolesterol. Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit. Pola makan sehat merupakan faktor utama untuk menghindari hal ini. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 160-200 mg/dl. Tidak semua kolestrol berdampak buruk bagi tubuh. Hanya kolestrol yang termasuk kategori LDL saja yang berakibat buruk.
Budiman mengatakan, untuk kadar kolestrol LDL sebaiknya jangan lewat dari 100 mg/dl. Semakin rendah kadar LDL, semakin kecil risiko Anda terkena serangan jantung dan stroke.
Syarat keempat adalah menjaga berat badan ideal.  Budiman menuturkan, idealnya seorang wanita tidak boleh mempunyai lingkar perut lebih 80 cm, sedangkan pria jangan lebih dari 90 cm. Kalau itu semua bisa diatur, maka komplikasi sangat bisa untuk dicegah.
"Pola hidup yang sehat adalah bagaimana kita bisa mengatur makanan. Kita harus berpikir makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan," katanya.
Penulis : Bramirus Mikail |
»»  READMORE...

Diabetes Lebih Sensitif pada Cuaca Panas

Diabetesi Lebih Sensitif pada Cuaca Panas


 
KOMPAS.com — Udara yang panas memang membuat kebanyakan orang merasa tidak nyaman. Namun, untuk penderita diabetes (diabetesi), udara panas dan kelembaban bisa berbahaya.
Salah satu komplikasi dari diabetes, baik tipe 1 maupun 2, adalah gangguan kemampuan tubuh untuk beradaptasi pada kenaikan temperatur udara. Hal tersebut tentu berbahaya, khususnya di musim panas, karena bisa membuat suhu tubuh lebih panas.
Gangguan kerusakan saraf tersebut diperkirakan dialami 60-70 persen penderita diabetes di Amerika. Kadar gula darah yang tinggi bisa merusak saraf yang lembut sehingga memengaruhi kemampuannya mengirim pesan. Kerusakan saraf bisa terjadi di seluruh organ tubuh, termasuk kulit.
Dalam sebuah penelitian, para ahli membandingkan reaksi tubuh para diabetesi dengan orang yang sehat saat mereka terpapar cuaca panas. Para responden penelitian itu menggunakan alat pengukur suhu kulit, jumlah keringat, dan temperatur keseluruhan. Ketika suhu turun, jumlah keringat pada orang sehat naik secara proporsional sehingga temperatur mereka tetap konstan.
Pada responden yang diabetes, tubuh mereka tidak merespons adanya kenaikan suhu. Penelitian di Mayo Clinic menunjukkan, para diabetesi lebih sering mengalami gangguan kesehatan di musim panas akibat kepanasan atau dehidrasi.
»»  READMORE...

Kenali 3P Gejala Diabetes

Kenali 3P Gejala Diabetes



KOMPAS.com — Diabetes melitus telah menjadi pandemi yang tumbuh dengan cepat. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan empat juta kematian per tahun, hampir sama dengan kematian akibat HIV/AIDS. Data tahun 2000 menunjukkan diabetes melitus diderita 8,4 juta orang dan akan meningkat menjadi 21,3 juta pada tahun 2030.
Sebagian besar penderita diabetes (diabetesi) terdiagnosis pada keadaan lanjut. Padahal, menurut dr Budiman Darmowidjojo, SpPD, pada keadaan lanjut ini telah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, pembuluh darah, atau saraf. "Yang berbahaya dari penyakit ini bukan hanya gula darah yang tinggi, melainkan komplikasinya," paparnya.
Bila diabetes bisa didiagnosis sejak dini, maka kesempatan untuk mengendalikan gula darah akan lebih baik sehingga komplikasi dapat dihindari. Pendeteksian terhadap diabetes, yang utama, memang dari hasil pemeriksaan gula darah. Kadar gula darah dengan pemeriksaan setelah puasa di atas 126 dan gula darah dengan pemeriksaan sewaktu-waktu di atas 200 disebut diabetes.
Selain pemeriksaan laboratorium, menurut dr Budiman, ada tiga gejala klasik diabetes yang disebut juga dengan 3P, yakni:  

1. Poliuri
atau sering buang air kecil dengan volume yang banyak, apalagi pada malam hari. Mengapa demikian? Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal atau lebih dari 180 mg/dl, maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar, yang mengandung gula itu, tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga volume urine yang keluar banyak dan kencing pun menjadi sering. Hal tersebut akan sangat sering sehingga pada malam hari bisa mengganggu tidur.  

2. Polidipsi
atau sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Dengan begitu banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut, timbullah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan ingin yang dingin, manis, segar, dan banyak. Minuman manis akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.  

3. Polifagi
atau nafsu makan meningkat dan kurang tenaga. Pada diabetes, karena insulin bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang. Itu sebabnya orang menjadi lemas. Dengan demikian, otak juga mengira bahwa kurang energi itu terjadi karena kurang makan. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan. 

»»  READMORE...

Diabetes Bukan karena Kebanyakan Gula

Diabetes Bukan karena Kebanyakan Gula

Penulis : Lusia Kus Anna 


Kompas.com - Dunia sedang menghadapi ledakan penderita diabetes. Data paling baru menyebutkan angkanya mencapai 350 juta orang di seluruh dunia, jauh melebihi prediksi Federasi Diabetes International (IDF) yang memproyeksikan tahun 2010 ada 285 juta penduduk dunia yang akan menjadi korban penyakit yang bisa merenggut penglihatan, bahkan kematian ini.
Walaupun para ahli sepakat diabetes merupakan masalah kesehatan terbesar di abad 21, nyatanya masih banyak orang yang angkat bahu ketika ditanya tentang kemungkinan menderita penyakit ini. Selain karena gejalanya memang tidak terlihat, tak sedikit yang masih mengira penyakit ini disebabkan karena mengasup makanan manis terlalu banyak.
Padahal, menurut dr.Budiman Darmowidjojo, Sp.PD, diabetes melitus tidak berhubungan dengan kebanyakan makan gula. Seseorang didiagnosis diabetes ketika tubuhnya tidak cukup menghasilkan insulin atau tidak menggunakan insulin yang ada dengan benar. "Tidak benar jika penyakit ini timbul karena kebanyakan makan makanan manis," katanya.
Faktor yang menyebabkan tingginya jumlah penderita adalah karena perubahan pola makan menjadi tinggi lemak dan kurangnya aktivitas fisik.  Keterkaitan penyakit ini dengan gula mungkin berpangkal dari kenyataan penderita diabetes harus membatasi asupan gula mereka.
"Yang harus dibatasi sebenarnya bukan hanya gula, tetapi total kalori karena sebagian besar yang kita makan untuk dijadikan energi akan diubah menjadi glukosa. Pada penderita diabetes, pola makan yang tidak terkontrol akan meningkatkan kadar glukosa," papar dokter dari Divisi Endokrinologi dan Metabolisme Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta.
Pada orang sehat, glukosa secara otomatis diserap oleh sel-sel. Tubuh menggunakan insulin yang dihasilkan oleh sel B pankreas untuk membuka reseptor sel sehingga glukosa bisa masuk. Akan tetapi pada orang yang menderita diabetes, terjadi resistensi insulin sehingga gula darah tidak dapat masuk.
Gula yang berlebih ini terkumpul dalam aliran darah dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan komplikasi. "Sebenarnya yang berbahaya bukan gula darah yang tinggi, tetapi komplikasi yang ditimbulkannya," imbuhnya.

Komplikasi
Diabetes merupakan penyakit yang menyerang diam-diam namun pada akhirnya akan menjadi bencana. Penyakit yang makin umum ditemui ini setiap tahunnya membunuh tiga juta orang di seluruh dunia.
Menurut dr.Budiman, penyebab kematian pasien diabetes sebenarnya bukan karena penyakit itu sendiri tetapi komplikasinya. "Hampir 40 persen meninggal karena penyakit jantung, sisanya karena gagal ginjal, stroke, atau kanker," papar ketua Jakarta Diabetes Meeting yang akan diadakan November 2011 mendatang ini.
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh diabetes ada yang akut, seperti hipoglikemi (gula darah terlalu rendah) atau hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi), atau komplikasi kronik.
"Komplikasi kronik sendiri ada yang memengaruhi pembuluh darah besar seperti penyakit jantung koroner atau stroke, atau yang memengaruhi pembuluh darah kecil sehingga pasien menderita gangguan saraf, ginjal, impotensi, atau kebutaan," paparnya.
Kadar gula darah yang tinggi, terang Budiman, juga akan mengganggu sistem hormonal sehingga kadar hormon tertentu meningkat yang berujung pada naiknya tekanan darah. "Sekitar 60-80 persen pasien diabetes menderita hipertensi," katanya.
Karena itulah sangat penting untuk memeriksakan gula darah guna mawaspadai naiknya kadar gula darah, terutama jika dalam riwayat keluarga ada yang menderita penyakit ini, usia Anda melebihi 40 tahun, menderita kegemukan atau menunjukkan gejala-gejala penyakit ini. 

Perbaiki pola makan
Salah satu cara untuk menghindari diabetes adalah dengan menjaga berat badan tetap normal, melakukan olahraga secara teratur, dan memperbaiki pola makan. Ini berarti makan dengan pola makan sehat yang terfokus pada buah-buahan dan sayuran.
Penelitian menunjukkan untuk setiap kelebihan 40 gram lemak yang Anda makan dalam sehari, risiko untuk menderita diabetes meningkat tiga kali lipat. Dan bila Anda sudah menderita diabetes, Anda berpeluang besar mengalami komplikasi.
"Hal ini terjadi karena lemak tubuh membuat sel-sel menolak insulin," kata Frank Q.Nittal, M.D, dalam laporan yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology.
Sementara itu penderita diabetes disarankan untuk makan setiap empat atau lima jam dalam porsi kecil. "Yang penting adalah mengatur kalori total," kata Budiman. Kendati demikian penderita diabetes tetap disarankan untuk berhati-hati dalam mengonsumsi gula. Kebutuhan akan makanan yang manis ini bisa dipuaskan dengan pemanis buatan rendah kalori.
Saat ini belum ada obat untuk mengobati diabetes. Itu sebabnya sayangi diri Anda dengan menjaga gaya hidup yang sehat, yang meliputi pola makan, olahraga, istirahat, serta menghindari stres. Pada penderita diabetes pun gaya hidup yang sehat dapat menjaga gula darah tetap stabil sehingga penyakit ini bisa dikendalikan.


* Penyakit Diabetes bisakah disembuhkan....??? klik disini...
* Bagaimana caranya menyeimbangkan Kadar Gula Darah secara alami...??? klik disin...
»»  READMORE...

Monday, July 16, 2012

Awas....! Diabetes Bikin Umur Pendek


KOMPAS.com — Ini adalah peringatan betapa diabetes akan menjadi ancaman dan beban serius pada masa mendatang. Studi terbaru menunjukkan, diabetes tidak hanya akan memicu risiko mengidap penyakit-penyakit berat, tetapi juga dapat memangkas harapan hidup seseorang selama beberapa tahun.
Diabetes selama ini dikenal sebagai penyakit yang dapat melipatgandakan risiko terserang penyakit pembuluh darah, jantung, dan stroke. Namun, kajian terbaru menunjukkan, seseorang yang mengidap diabetes tipe-2 pada usia pertengahan akan mengalami risiko lebih besar meninggal lebih dini akibat kanker, infeksi, dan gangguan mental. Harapan hidup penderita diabetes di usia pertengahan dapat berkurang hingga enam tahun.
Ini merupakan hasil evaluasi para ahli dari Emerging Risk Factors Collaboration, yang bekerja sama dengan Cambridge University. Mereka menganalisis data sekitar  820.900 responden yang dipantau selama satu dekade di seluruh dunia. Penelitian ini dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine.
Setelah memperhitungkan berbagai faktor risiko lain, seperti usia, jenis kelamin, obesitas, dan kebiasaan merokok, kajian riset menunjukkan bahwa pengidap diabetes berisiko lebih besar meninggal akibat berbagai jenis kanker, infeksi, gangguan lever, masalah pencernaan, ginjal, dan paru-paru.
Sekitar 60 persen penurunan angka harapan hidup pengidap diabetes ini diakibatkan penyakit pembuluh darah, seperti jantung dan stroke. Hanya sebagian kecil dari keterkaitan ini dapat dijelaskan dengan problem obesitas, tekanan darah, atau tingginya lemak dalam darah. Namun, kondisi tersebut sering kali muncul bersamaan dengan diabetes.
Riset yang melibatkan lebih dari 250 ilmuwan dari 25 negara ini juga mengindikasikan, para pengidap diabetes berisiko mengalami kematian akibat menyiksa diri. Namun, para ahli pun menekankan bahwa studi ini perlu dikaji lebih lanjut, termasuk kemungkinan hubungan antara diabetes dan depresi.
"Temuan ini menekankan pentingnya upaya mencegah diabetes dan memahaminya dengan lebih baik lagi. Studi ini menunjukkan bahwa diabetes tidak hanya menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskuler, tetapi juga berkaitan dengan penyakit lain," ungkap Emanuele Di Angelantonio dari Cambridge University.

»»  READMORE...

Penderita Diabetes Teledor, 5 Organ Taruhannya

KOMPAS.com — Sekitar tahun 2000, International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa diabetes merupakan penyakit keempat penyebab utama kematian di banyak negara maju.

Secara umum, sekitar 40 persen pasien diabetesi, entah tipe I (yang dialami sejak masa kanak-kanak atau yang tergantung insulin) dan atau tipe II (yang mulai dialami saat dewasa dan tidak tergantung insulin) akan mengalami komplikasi dalam perjalanan hidupnya.

Bila gula darah tidak terkendali karena pola makan yang tidak tepat, kebiasaan hidup tidak sehat, seperti merokok dan kurang kegiatan fisik, tetap dipertahankan, komplikasi bakal menyerang ke mana dia suka.

Berikut ini adalah organ-organ yang menjadi sasaran komplikasi akibat keteledoran para diabetesi:

1. Jantung - penyakit jantung koroner (PJK)
Keadaan ini muncul akibat glukosa darah yang tinggi dan terus-menerus atau persisten. Akibatnya, terjadinya penebalan dan pengerasan pembuluh darah arteri atau sering disebut aterosklerosis. Diabetesi berisiko dua sampai empat kali lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan yang tidak mengalami DM.

2. Otak - stroke
Aterosklerosis dapat terjadi di pembuluh darah otak. Akibatnya bisa ditebak, terjadi stroke. Risiko terserang stroke pada diabetesi yang juga mengalami hipertensi adalah dua kali lebih tinggi dibanding orang yang hanya menderita hipertensi saja.

3. Kaki - luka
Ulser atau luka pada kaki merupakan penyebab paling umum yang mengantar diabetesi masuk rumah sakit. Komplikasi ini terjadi akibat kerusakan saraf (neuropati) dan kurangnya aliran darah ke kaki.

Jika luka terinfeksi dan berkembang menjadi gangren, biasanya amputasi dilakukan. Diabetes merupakan penyebab amputasi yang paling sering di luar kecelakaan. Setidaknya 15-40 persen diabetesi lebih berisiko mengalami hal ini dibanding yang tidak.

4. Mata - retinopati
Retinopati diabetik merupakan komplikasi DM pada mata. Penglihatan mendadak akan buram atau berkabut. Ini terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga terjadi sembab pada lensa mata. Bila pengobatan cukup dan kadar gula terkontrol, penglihatan pun akan normal lagi.

5. Ginjal - nefropati
Nefropati diabetes adalah komplikasi yang terjadi pada ginjal. Ini komplikasi yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal dan kematian. Penyebabnya, kadar glukosa darah yang tinggi sehingga merusak pembuluh darah kapiler ginjal dan menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Risiko terjadi serta berat atau ringannya komplikasi ginjal ini sejalan dengan lamanya DM diidap. Kebanyakan komplikasi muncul setelah 10-15 tahun penderita mengidap DM. @abd

»»  READMORE...

Friday, July 13, 2012

Benarkah Diabetes Sebabkan Disfungsi Ereksi?


KOMPAS.com — Pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Modern DN di Cikupa, Tangerang, KHH, membantah tuduhan telah menghamili salah satu santrinya. Salah satu putranya mengaku yakin bahwa perbuatan nista itu tidak dilakukan ayahnya. Sebab, sejak Januari 2009 KHH divonis menderita diabetes.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, kadar gula darah KHH mencapai 621. "Mana mungkin penderita diabetes yang kadarnya sangat tinggi bisa ereksi. Kalau enggak percaya, silakan tanya dokter," tegasnya, Kamis (14/1/2010).

Lantas, benarkah diabetes menyebabkan seorang lelaki kehilangan vitalitasnya sehingga tak bisa menghamili wanita? Tentu pertanyaan ini membutuhkan telaah medis yang lebih dalam. Berdasarkan penjelasan dr Sandra Utami Widiastuti, SpPD dari Diabetic & Wound Care Clinic RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, yang dihubungi Kompas.com, impotensi atau disfungsi ereksi (DE) merupakan salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus.
Menurut dia, hampir 50 persen penderita diabetes (diabetesi) menderita disfungsi ereksi dalam skala berat dan ringan. Meski begitu, gangguan ereksi ini umumnya terjadi pada pria yang diabetesnya menahun. "Diabetes yang sudah cukup lama bisa mengganggu sel-sel saraf dan pembuluh darah, padahal ereksi yang baik membutuhkan rangsangan saraf dan pembuluh darah yang baik. Karena itu, pasien diabetes bisa menderita impotensi," paparnya.
Disfungsi ereksi adalah suatu keadaan di mana terdapat ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi agar bisa berhubungan seksual secara memuaskan. Para ahli pun sepakat bahwa 80 persen kasus disfungsi ereksi disebabkan kondisi fisiologis, termasuk penyakit jantung dan diabetes.
Menurut dr Sandra, umumnya hal ini terjadi akibat tersumbatnya aliran darah ke penis yang salah satunya disebabkan oleh diabetes. Namun, terjadinya komplikasi diabetes berbeda-beda pada tiap individu.
"Proses bagaimana pengaruh diabetes pada fungsi ereksi sebenarnya panjang. Namun, bisa saja seseorang mengalami DE, padahal baru divonis diabetes. Mungkin perjalanan penyakit diabetes orang itu sudah lama, tetapi tidak dirasakan. Ia baru memeriksakan diri setelah muncul keluhan," papar dr Sandra.

Untuk mengatasi gangguan ereksi akibat diabetes, dr Sandra menegaskan pentingnya pengendalian gula darah. Selain itu, biasanya dokter juga akan meresepkan obat-obatan untuk meregenerasi sel saraf dan pembuluh darah.

"Tidak menutup kemungkinan juga untuk berkonsultasi kepada dokter andrologi untuk mengevaluasi adanya sebab lain penyebab impotensi. Namun, yang utama adalah kendalikan dulu gula darah," katanya.
Dengan demikian, jelaslah, meski diabetes membawa risiko pada rusaknya fungsi ereksi, toh hal itu tidak mutlak terjadi....


»»  READMORE...

Mengapa Pria Rentan Diabetes?

Kompas.com- Dibandingkan dengan kaum perempuan, para pria diketahui lebih rentan menderita diabetes melitus. Para ilmuwan berhasil menemukan jawabannya, antara lain karena secara biologi pria memang beresiko tinggi.
Diabetes tipe 2 terjadi karena terlalu banyak glukosa dalam darah akibat kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula di beberapa organ terganggu. Kondisi ini berkaitan dengan kelebihan lemak di beberapa organ tubuh seperti liver dan otot.
Profesor Naveed Sattar dari Institute of Cardiovaskular & Medicine Sciences mengatakan, beberapa penelitian telah mengindikasikan pria usia pertengahan beresiko tinggi menderita diabetes dibanding wanita.
Salah satu penjelasannya karena untuk menderita penyakit ini pria hanya perlu bertambah berat badan sedikit dibanding wanita. Dengan kata lain, pria bisa menderita diabetes pada indeks massa tubuh yang lebih rendah daripada wanita.
Sattar dan timnya percaya, distribusi lemak berperan penting dalam terjadinya diabetes. Pada pria, lemak lebih banyak berkumpul di sekitar pinggang dan liver. Sementara wanita memiliki lebih banyak lemak subkutan yang aman yang disimpan di paha dan pinggul.
Dalam penelitian ini, para ahli menganalisa data 51.920 pria dan 43.137 wanita di Skotlandia yang menderita diabetes. Mereka diukur berat badannya menggunakan pengukuran indeks massa tubuh (IMT).
Hasilnya wanita yang menderita diabetes memiliki nilai IMT yang lebih tinggi dibanding pria yang juga penderita diabetes. Hal ini juga menjelaskan mengapa di banyak negara lebih banyak pria yang menderita diabetes tipe 2.
 


»»  READMORE...