Sunday, June 17, 2012

Risiko Amputasi Ancam Pasien Diabetes

KOMPAS.com - Pengendalian gula darah merupakan syarat utama untuk menghindari terjadinya komplikasi pada pasien diabetes. Salah satu komplikasi yang bisa dicegah adalah risiko amputasi akibat infeksi luka di bagian kaki.
Menurut Prof.Sarwono Waspadji, infeksi di bagian kaki atau kaki diabetik merupakan komplikasi yang paling menakutkan dan paling merusak. "Amputasi tidak terhindarkan jika gula darah tidak dikendalikan secara ketat," katanya dalam acara seminar diabetes di Jakarta (2/11/11).
Data tahun 2008 menunjukkan 5 dari 6 pasien amputasi terjadi akibat komplikasi kaki diabetik. Penelitian di RSCM tahun 2010 juga menyebutkan hanya 50 persen pasien amputasi yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun.
Sarwono menjelaskan, kaki diabetik terjadi karena kerusakan saraf dan pembuluh darah sehingga infeksi lama sembuhnya. Penyempitan pembuluh darah juga akan menyebabkan penyembuhan luka menjadi lama.
"Jaringan yang membusuk tersebut bersifat racun. Jika tidak diamputasi infeksinya akan menyebar" kata dokter dari divisi endokrinologi dan metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Kerusakan saraf dan pembuluh darah pasien diabetes ditandai dengan menurunnya kemampuan merasakan nyeri dan baal sehingga kerap kali pasien tidak menyadari adanya luka.
"Banyak pasien diabetes yang tidak sadar kakinya tertusuk paku, ada juga yang kakinya melepuh karena ia berjalan di jalan aspal tanpa alas kaki tapi ia tidak merasa sakit," paparnya.
Menurut Sarwono, sekitar 49 persen penyebab borok di kaki adalah luka mekanik seperti tertusuk benda tajam atau memakai sepatu kesempitan. Penyebab sepele seperti kuku yang terlalu panjang atau mengikis kapalan dengan benda tajam juga bisa berkembang menjadi pembusukan luka.
Untuk mencegah terjadinya luka diabetik, deteksi dini dan pengendalian gula darah sangat penting. "Sekitar 85 persen amputasi bisa dihindari jika dilakukan deteksi dini," imbuh dr.Em Yunir, Sp.PD, dalam kesempatan yang sama.
Karena itu, pasien diabetik harus sering memeriksa kondisi kakinya. Pemeriksaan kaki harus dilakukan menyeluruh, baik sebelum munculnya luka atau setelah terjadi luka.
Menurut Em Yunir, pemeriksaan dilakukan melalui pemeriksaan riwayat penyakit diabetes dan komplikasi yang ada, pemeriksaan kelainan kulit, serta ada tidaknya gangguan pembuluh darah tungkai dan gangguan saraf.
"Pasien diabetes yang beresiko tinggi tidak disarankan berjalan kaki tanpa alas. Jika terlihat perubahan pada bentuk kaki atau kuku sebaiknya berkonsultasi pada dokter karena itu merupakan gejala yang perlu diwaspadai," katanya.





Related Post:

No comments :

Post a Comment