Selain
memperhatikan gizi dan menjaga kesehatan, imunisasi adalah salah satu
cara pencegahan utama terhadap suatu penyakit. Imunisasi merupakan
program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak PBB, sehingga pemerintah dan
orangtua wajib memberikan upaya kesehatan yang terbaik untuk anak,
meliputi pemberian imunisasi.
Secara berkala, Ikatan Dokter Anak
Indonesia
(IDAI) melakukan evaluasi mengenai jadwal imunisasi,
berdasarkan perubahan epidemiologis penyakit, kebijakan kementerian
kesehatan/
WHO, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di Indonesia.
Sekarang, tidak dibedakan lagi imunisasi yang diwajibkan dan yang
dianjurkan, mengingat semua imunisasi HARUS diberikan pada bayi dan
anak.
Apa saja jenis
imunisasi tersebut?
BCG
Berisi
suspensi M.Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Imunisasi ini tidak
mencegah infeksi Tuberkulosis (TB) tetapi mengurangi risiko terjadinya
TB berat seperti meningitis TB dan TB milier.
Hepatitis B
Tersedia
vaksin kombinasi HepB dan DTP yang berdasarkan hasil penelitian
Biofarma dapat memberikan respon antibodi lebih baik daripada diberikan
secara terpisah.
Polio
Polio bisa menyebabkan
penderitanya mengalami kelumpuhan dan susah bernafas. Vaksin polio
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu IPV (inactivated polio vaccine)
yang berisi virus polio yang sudah dimatikan. Vaksin ini diberikan dalam
bentuk suntikan dan OPV (oral polio vaccine), yang mengandung virus
hidup yang sudah dilemahkan.
DPT
Terdapat
jenis vaksin DtaP (pertusis aselular) atau yang pada orang awam dianggap
sebagai vaksin DTP yang tidak menimbulkan demam. Meskipun reaksi paska
imunisasi DtaP baik lokal maupun sistemik lebih rendah dibanding DTP
biasa, namun vaksin tersebut masih dapat menimbulkan reaksi demam dan
pembengkakan seperti jenis vaksin lain.
Campak
Jika menjangkit anak-anak terutama anak dibawah lima tahun, campak bisa berefek fatal.
HIB
Tersedia
vaksin kombinasi DTP dan HIB dengan daya imunogenitas yang tetap tinggi
tanpa mempengaruhi respon imun satu sama lainnya.
PCV
Bayi
yang berisiko tinggi mengalami kolonisasi pneumokokus, yaitu bayi
dengan infeksi saluran napas atas, menjadi perokok pasif, bayi yang
tidak mendapatkan ASI, dan bayi yang tinggal di negara 4 musim (pada
musim dingin).
ROTAVIRUS
Di Indonesia, diare menjadi 28% penyebab kematian pada balita. Tersedia vaksin monovalen (Rotarix) dan pentavalen (Rotareq).
INFLUENZA
Rekomendasi IDAI, imunisasi influenza diberikan pada:
- Anak sehat yang berusia 6 bulan – 2 tahun.
- Anak dengan penyakit jantung kronik, asma, diabetes, penyakit ginjal kronis dan HIV.
- Anak yang tinggal di tempat seperti asrama, panti asuhan, atau pesantren.
- Orang yang bisa menularkan virus flu pada orang yang berisiko tinggi, seperti pengasuh anak dan petugas kesehatan.
VARISELA
Tidak
boleh diberikan pada anak yang sedang demam tinggi, hitung limfosit
yang rendah, alergi terhadap neomisin, dan adanya defisiensi imun
seluler.
MMR
Imunisasi MMR tetap diberikan
meskipun anak memiliki riwayat infeksi campak, gondongan, maupun rubela.
Tidak ada efek imunisasi yang terjadi pada anak yang sebelumnya telah
mendapat imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit
ini. Imunisasi ini juga tidak berhubungan dengan autisme.
TIFOID
Tifoid
atau yang lebih dikenal dengan thypus adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Bakteri ini sering ditemukan
di air dan lingkungan tempat tinggal yang tidak dijaga kebersihannya.
HEP A
Hepatitis A adalah penyakit peradangan pada liver (hati) yang tidak jarang pula menjangkit anak-anak.
HPV
Jadwal
pemberian imunisasi HPV tergantung dari jenis vaksin yang akan
digunakan. Imunisasi ini dapat diberikan pada pasien sejak usia 10
tahun. Jika menggunakan vaksin HPV bivalen, diberikan 3 dosis. Dosis
kedua dilakukan sebulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga
dilakukan 5 bulan kemudian. Sedangkan vaksin HPV tetravalen, juga
diberikan 3 dosis, namun dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis
pertama, dan dosis ketiga diberikan 4 bulan kemudian.
Sebelum
memberikan vaksinasi, dokter disarankan untuk memberikan penjelasan
lebih dulu mengenai vaksinasi tersebut, di antaranya mengenai bahaya
penyakit, manfaat imunisasi, serta reaksi yang mungkin dapat timbul
setelah imunisasi.
Bagi
orang tua, sebaiknya memberitahukan kepada dokter hal-hal yang
terkaitan kontraindikasi yang mungkin pernah terjadi sebelum imunisasi
diberikan, misalnya riwayat penyakit anak, alergi terhadap neomisin,
riwayat imunisasi sebelumnya, dan terapi yang sedang dilakukan. Hal ini
berguna untuk mengantisipasi reaksi tubuh anak usai imunisasi.